Kerajaan Syiah di Jawa Gagal Berdiri
Madhab Syiah pada abad ke 14 hingga 15 Masehi cukup diterima oleh orang-orang Jawa, sehingga banyak penduduk Pulau Jawa kala itu menganut madhab ini, namun akibat salah perhitungan dalam peristiwa politik pendirian Kerajaan Syiah di Jawa, para penganut madhab ini banyak dijebloskan ke penjara hingga jumlahnya menyusut bahkan hilang sama sekali.
Kisah para pemeluk Syiah di Pulau Jawa yang hendak mendirikan kerajaan Islam Madhab Syiah ini dikisahkan dalam Naskah Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara Parwa 2 Sargah 4.
Dalam Naskah tersebut dijelaskan bahwa setelah berdirinya Kerajaan Demak Dan Cirebon, maka berdiri pula Masjid Agung Demak dengan Cirebon dengan para Pemuka Agamanya yang menganut madzhab Syafii, Hanafi, Hambali, dan Maliki.
Penganut Syafii yaitu Fadhillah Khan, Maulana Ishak, Seh Datuk Kahfi/Syekh Nurjati, Sunan Jati beserta para muridnya seperti, Ki Gedeng Bungko, Ki Gedeng Krangkeng, Ki Gedeng Mundu/Ki Lobama, Ki Gedeng Babadan Buyut Kalisapu, Tumenggung Jaya Orean, Ki Buyut Pekik, Ki Gedeng Dermayu, Ki Buyut Karangampel, Ki Gedeng Ujung Semi, Ki Gedeng Bayulangu, Ki Gedeng Ghesik, Nay Gedeng Panguragan, Ki Gedeng Pejanakan, Ki Gedeng Sindang kasih, Ki Gedeng Luragung/Ki Gedeng Kemuning, Ki Gedeng Tegal Gubug, Ki Gedeng Buntet, Dipati Keling, Pangeran Santri, Pangeran Muhammad, Ki Gedeng Losari, Pangeran Luhung, Pangeran Welang, Tumenggung Jagabaya, Ki Gedeng Jati Merta, Ki Selapandan, Dipati Anom, Dipati Sukawiyana, Dipati Selanunggal, Ki Waruangga, Ki Surayudha, Demang Anggapati, Pangeran Rajalahut, Ki Gedeng Sembung, Pangeran Makedum, Ki Gedeng Tameng, Ki Buyut Kagiren, Ki Buyut Cangkring, Pangeran Losarang, Ki Gedeng Srengseng, Ki Gedeng Pakandangan, Ki Gedeng Panjalu, Ki Gedeng Sindang Kempeng, lalu para Ki Gedeng dengan para Penasehat Raja para Pemimpin Wilayah Rajagaluh, Leuwimundung, Kawali, Talaga, Cikijing, Luragung, Kuningan, Dayeuh Luhur, Pasir Luhur, anak menantu Sunan Jati, dan sebagainya.
Penganut madhab Hanafi yaitu Sunan Ampel Denta, Sunan Bonang, Sunan Ghiri, Sultan Demak Raden Patah, Pangeran Sabrang Lor, Syekh Quro Karawang/Syekh Hasanudin, Syekh Majagung, Raden Sipat, Sunan Kudus dengan muridnya seperti Arya Panangsang, Syekh Bentong, dan sebagainya.
Lalu penganut madhab Syiah yaitu Syeh Lemah Abang dan para muridnya seperti Ki Kebo Kenongo/Ki Ageung Pengging yang menjadi Bupati Pengging.
Selanjutnya Pangeran Panggung, Sunan Gheseng, Ki Lontang, Ki Datuk Pardun dari Keling, Ki Jaka Tingkir, Ki Ageung Butuh/Ki Mas Manca, Ki Gedeng Palu Amba, Ki Gedeng Junti, Ki Gedeng Lemah Putih, Pangeran Jaga Satru, Ki Gedeng Tedeng, Ki Anggaraksa, Ki Buyut Kalijaga, Ki Gedeng Sampiran, Ki Gedeng Trusmi, Ki Gedeng Cirebon, Girang, Pangeran Cirebon, Ki Buyut Weru, Ki Buyut Kemlaka, Ki Buyut Truwag, Ki Buyut Tukmudal, Dipati Cangkuang , Pangeran Panjunan, Syeh Juyuskani/Pangeran Kajaksan, Pangeran Kejawanan, Pangeran Cucumanah, Dipati Suranenggala, Ki Gedeng Ujung Ghebang, Ki Gedeng Panguragan, Ki Gedeng Ender, Ki Buyut Bojong, Ki Buyut Kadongdong, dan sebagainya lalu Sunan Kalijaga dan para muridnya seperti Ki Ageung Pamanahan, Ki Ageung Sela/Ki Jurumartani, Pangeran Trenggono, Sutawijaya.
Jadi dalam agama Islam di Jawa menurut naskah tersebut terdapat 3 madzhab besar, yaitu Hanafi di Demak dan Jawa Timur; Syafii di di Jawa Barat seperti Carbon, Sunda Kalapa, dan Banten; dan Syiah di Jawa Barat dan Jawa Timur. Sedangkan Maliki dan Hambali tidak seberapa banyak penganutnya.
Para penganut Syiah di Jawa Timur berkehendak mendirikan negara sendiri di Pengging, lalu Raden Patah mengirim Sunan Kudus beserta bala tentaranya ke Pengging untuk menyerang bala tentara Pengging, pada perang itu Ki Ageung Pengging berhasil dibunuh. Sementara Syeh Lemah Abang melarikan diri ke Jawa Barat, ketika ia tinggal di Cirebon Ghirang ia ditangkap oleh bala tentara Cirebon dan Demak lalu dibunuhlah oleh Sunan Kudus.
Demikianlah kisah mengenai gagalnya pendirian Kerajaan Syiah di Jawa. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa dalam Naskah Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara Parwa 2 Sargah 4 Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang dianggap sebagai seorang penganut madhab Syiah, bersama muridnya Ki Ageng pengging keduanya berencana mendirikan kerajaan Syiah di Jawa namun gagal.
Para Ulama Sunni dulu telah sadar akan kesesatan Syiah yang ada didaerah Tanah Jawa, mereka mengkhawatirkan aqidah umat, agar tidak tersesat.
BalasHapusKok ngawur si min, masa sunan kalijaga syiah
BalasHapus