Perang Bubat, Fakta yang Difiktifkan
Cerita mengenai perang Bubat yang paling lengkap memang terdapat dalam Naskah Pararaton. Tapi naskah tersebut bukan sumber satu-satunya yang mengisahkan tentang terjadinya perang Bubat.
Seiring berlalunya waktu, ada sebagian orang mengangap kisah perang bubat yang telah dikisahkan dalam naskah Pararaton bikinan Belanda.
Mereka menganggap tragedi Bubat yang dilukiskan dalam Pararaton adalah kisah palsu yang disiapkan Belanda dengan tujuan mengadu domba suku Jawa dan Sunda.
Argumen yang mereka bangun dalam menolak peristiwa Bubat sebetulnya mengada-ada, karena faktanya selain Pararaton ada beberapa naskah lain yang menceritakan peristiwa terbunuhnya putri dan raja Sunda di Majapahit (Bubat).
Catatan memgenai perang bubat yang terdapat dalam Naskah Carita Parahyangan ditulis dengan singkat, mengena dan tidak bertele-tele, sebagaimana kisah perang Bubat yang ditulis dalam naskah Jawa, seperti Pararaton dan Kidung Sundayana.
Demikian alih aksara dan terjamah pada naskah Carita Parahyangan yang menyinggung peristiwa perang Bubat:
Alih aksara:
Manak deui Prebu Maharaja, lawasniya ratu tujuh tahun, kena kabawa ku kalawisaya, kabancana ku seuweu dimanten, ngaran Tohaan. Mundut agung dipipanumbasna. Urang réya sangkan nu angkat ka Jawa, mumul nu lakian di Sunda. Pan prangrang di Majapahit.
Terjamah:
Karena anak, Prabu Maharaja yang menjadi raja selama tujuh tahun, kena bencana, terbawa celaka oleh anaknya, karena Putri meminta terlalu banyak. Awalnya mereka pergi ke Jawa, sebab putri tidak mau bersuami orang Sunda. Maka terjadilah perang di Majapahit.
Baca Juga: Perang Bubat, Buah Kebodohan Hayam Wuruk
Penulis : Bung Fei
Perang Bubat itu benar terjadi, tetapi dimana lokasinya kang Admin. Seakan tersembunyi dan dihilangkan begitu saja.
BalasHapusMaharaja Sunda dan Tuan Putri yang gugur juga dimana petilasannya. Bukankah Raja Sunda yang gugur adalah saudara dari Patih Bunisora yang keturunannya sebagai penguasa Wanagiri yang sekarang Cirebon Girang. Ok
Pun amit tabe pun.
BalasHapusAmit kula amitan
Bilih nyatur nekeul galur
Nyarita pasalia béja
Perang Sunda dan Majapahit memang ada. Tapi apakah itu yg disebut Perang Bubat atau bukan tidak ada catatan Sunda lain yang menerangkan. Perang dengan Majapahit tercatat dalam Naskah Parahyangan.
"Manak deui Prebu Maharaja, lawasniya ratu tujuh tahun, kena kabawa ku kalawisaya, kabancana ku seuweu dimanten ngaran Tohaan. Mu(n)dut agung dipipanumbasna. Urang reya sa(ng)kan nu angkat ka Jawa. Mumul nu lakian di Sunda. Panprangrang di Majapahit."
"Berputera Prebu Maharaja, jadi raja selama 7 tahun karena terkena perbuatan khianat, mendapat bencana oleh puterinya bernama Tohaan. la menginginkan mas kawin yang besar. Itulah sebabnya banyak orang pergi ke Jawa, tidak mau bersuami di Sunda. Maka terjadilah perang di Majapahit."
Berikut narasi tentang Perang Sunda dgn Majapahit. Tidak ada menyebutkan Bubat dll. Oleh karena itu ada Ahli Sejarah tidak mengakui adanya Perang Bubat krn memang tidak ada keterangan tentang Perang itu di naskah sejarah yang bersumber Primer melainkan hanya ada di naskah kidung.
Penulis hanya memasukan kisah ini sangat singkat dan bukan Cerita Utama dalam Naskah Carita Parahyangan.
Perang Bubat itu palsu, tidak ada disebutkan di dalam prasasti manapun baik dari Sunda atau Majapahit. Kisah/cerita2 penulisan Bubat itu ditulis rentang waktu yg sangat jauh (100-200 tahun kemudian), sehingga tidak bisa dijadikan sumber primer krn bukan tulisan se zaman, Perang Bubat mulai populer pada saat jaman kolonial Belanda, artinya jelas hal itu adalah “hoaks” yg sengaja dibuat Belanda utk taktik memecah belah 2 kekuatan suku besar di Indonesia agar sulit bersatu melawan kolonial Belanda.
BalasHapus