Agama Jati Sunda, Agama Asli Orang Sunda
Sebelum datangnya ajaran agama dari berbagai negara di tanah Sunda, orang-orang Sunda diyakini telah memiliki kepercayaan atau agama sendiri. Carita Parahyangan menyebutnya sebagai Agama Jati Sunda. Pada tahun 1907 Agama ini pernah menjadi perbincangan di kalangan Tweede Kamer (Parlemen) Kerajaan Belanda selepas mereka mendapati 40 penduduk di pedalaman Lebak memeluk kepercayaan yang mulanya mereka kira sebagai Hindu.
Sebetulnya orang-orang yang dikira memeluk agama Hindu dan sempat diperbicangkan dikalangan Tweede Kamer Belanda tidak lain adalah agama Jati Sunda yang dianut oleh orang Kanekes, bukan agama Hindu sebagaimana yang dipahami keliru oleh orang-orang Belanda di tahun 1907.
Kanekes atau yang sekarang dikenal sebagai suku Baduinya di tanah Sunda adalah memang orang-orang Sunda yang masih mengamalkan ajaran leluhur orang-orang Sunda. Menurut Bupati Serang P. A. A. Djajadiningrat (wafat 1943) menerangkan bahwa "Orang Kanekes bukanlah penganut agama Hindu, bukan pula penganut agama Budha, melainkan penganut Animisme. Yaitu kepercayaan yang memuja arwah nenek moyang. Hanya dalam kepercayaan orang Kanekes telah dimasuki oleh unsur-unsur agama Hindu dan juga Islam".
Ilustrasi |
Djajadiningrat pada prinsipnya menggangap orang Kenekes masih memeluk agama asli Sunda meskipun dalam agama itu ada sedikit unsur-unsur agama lain yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, jika ada yang mengidentifikasi agama yang dianut orang Kanekes sebagai agama Jati Sunda sebagaimana yang tercatat dalam Carita Parahyangan adalah tidak ada salahnya, meskipun yang masih ada atau sisa-sisanya itu dipengaruhi oleh konsep maupun unsur-unsur agama lain.
Memang istilah dan penyebutan "Jati Sunda" tidak digunakan lagi dalam maasyarakat Kanekes, mereka sebagaimana yang tercantum dalam KTP menganggap agama yang mereka peluk adalah agama "Sunda Wiwitan" berarti agama Sunda yang mula-mula atau permulaan.
Ketidak terbukaan orang Kanekes pada agama dan kepercayaannya masih membuat ilmuan kesulitan dalam memahami ajaran agama yang diwarisi sejak zaman Sunda Kuno itu, hanya saja menurut Ekadjati (1995), bahwa dalam ajaran agama yang dianut orang Kanekes, bahwa : "Kekuasaan tertinggi ada pada Sang Hiyang Keresa (Yang Maha Kuasa) atau Nu Ngersakeun (Yang Menghendaki). Dia disebut pula Batara Tunggal (Tuhan Yang Maha Esa), Batara Jagat (Penguasa Alam), dan Batara Seda Nisakala (Yang Gaib).Dia bersemayam di Buana Nyungcung. Semua dewa dalam konsep agama Hindu (Brahma, Wisnu, Siwa, Indra, Yama, dan lain-lain) tunduk kepada Batara Seda Niskala".
Selanjutnya mengamati hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurnia & Ahmad Sihabudin (2010), ditemuai juga, bahwa selain terdapat konsep Hindu dengan dewa-dewinya yang tunduk pada Batara Seda Ninskala, dalam kepercayaan orang Kenekes (Badui/Baduy) juga ditemukan kepercayaan yang terpengaruh ajaran Islam, diantara kepercayaan yang dimaksud adalah bahwa mereka meyakini jika "Agama yang mereka anut merupakan warisan dari manusia pertama dimuka bumi, mereka menyebutnya Adam Tunggal, dari sang Adam tunggal itulah mereka ditugaskan untuk menjaga kelestarian kampung dan tempat mereka tinggal".
terima kasih atas tulisannya yang dapat menginspirasi kami, kami sedang menulis jejak langkah Islam di Bogor, semoga menjadi bahan perbandingan. t
BalasHapus