Sejarah asal-usul lahirnya Kabupaten Garut, yaitu Kabupaten yang terkenal akan jajanan dodolnya ini dapat ditarik dari beberapa peninggalan yang masih ada di kota itu, seperti Candi Cangkuang, Makam Para Raja atau Adipati Limbangan dan Timbanganten serta dokumen kolonial mengenai diubahnya Kabupaten Limbangan menjadi Kabupaten Garut.
Candi Cangkuang, menurut kesimpulan para ahli didirkan pada kira-kira abad 8 Masehi, merupakan Candi Hindu yang usianya dipastikan sezaman dengan Candi Batu Jaya di Karawang. Kedua Candi tersebut diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Tarumanegara.
Mengenai Cangkuang, dalam sejarah Cirebon juga nama ini pernah disebut-sebut. Dalam Naskah Mertasinga disebutkan bahwa dahulu ada anak Prabu Siliwangi yang bernama "Permadi Puti" ia menjadi Raja di Cangkuang, akan tetapi ketika mengunjungi Cirebon Raja ini kemudian masuk Islam dan akhirnya tinggal di Cirebon.
Baca Dalam : Kisah Dipati Cangkuang, Raja Dari Garut
Selain Cangkuang, di wilayah Garut juga pernah berdiri suatu pemerintahan, pemerintahan tersebut dikenal dengan nama "Limbangan". Menurut Suryaningrat, dalam bukunya yang berjudul Pustaka Kabupaten i Bhumi Limbangan Dong Garut (hlm 78) disebutkan bahwa Limbangan didirikan oleh Cucu Prabu Siliwangi, namanya " Sunan Rumenggong".
|
Kota Garut Jawa Barat |
Masih menurut Suryaningrat, bahwa Sunan Rumenggong adalah anak dari Sunan Gordah bin Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja). Sunan Gordah lahir dari wanita yang bernama Puteri Inten Dewata, yaitu seorang Puteri
Dalem Pasehan dari negeri Timbanganten yang terletak di Tarogong Leles
sekarang, Kabupaten Daerah Tingkat II Garut, kra-kira 4 km dari Kota Garut.
Berdasarkan uraian tersebut, dapatlah dinyatakan bahwa di wilayah yang kini disebut Kabupaten dan Kota Garut itu, setidak-tiadaknya ada 3 pemerintahan yang telah ada dan berdiri sejak lama, yaitu Cangkuang, Limbangan dan Timbanganten.
Lahirnya Kabupaten Garut
Belum ada catatan lengkap mengenai bagaimana Negeri Cangkuang, Limbangan dan Timbanganten diprintah oleh para Raja dan Adipatinya, hanya saja khusus mengenai Limbangan, bahwa dahulunya selepas diprintah oleh beberapa penguasa, telah terjadi keributan antara Adipati Limbangan dengan Deandles, seorang Gubernur Hindia Belanda ke 36 dibawahan mandat Prancis, Dendles menjabat dari 5 Januari 1808 hingga 15 Mei 1811.
Waktu itu, Adpati Limbangan menolak kebijakan Dendles yang menerapkan kerja paksa dan tanam paksa kepada rakyat Limbangan, sehingga karena peristiwa itu, Adipati/Bupati Limbangan dipecat dan sekaligus juga Kabupaten Limbangan yang sudah berdiri sejak lama dibubarkan oleh Dendles.
Mulai tahun 1808 hingga 1811, Hindia Belanda, termasuk didalamnya Pulau Jawa memang sedang dikuasai oleh Prancis, karena Belanda sendiri pada waktu itu dijajah oleh Prancis, oleh karena itu, wilayah kekuasaannya di Hindia Belanda (Indonesia) secara otomatis diklaim sebagai kekuasaan Prancis.
Semantara itu, dalam kaitannya dengan pemerintahan di Hindia Belanda, Prancis menaggkat Deandles sebagai Gubernurnya. Dendles selama memerintah memang dikenal sebagai Gubernur Jendral yang bertangan besi, sehingga kala itu banyak para Adipati dan Sultan melakukan pemberontakan karena tidak sepaham dengan jalan pemikiran Deanldes, salah satu yang memberontak adalah Limbangan.
Pada tahun 1812, Prancis dikalahkan oleh Belanda atas bantuan Inggris, pada waktu itu, Hindia Belanda jatuh ketangan Inggris dan ketika menguasai Hindia Belanda, Inggris menggkat Rafles sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda yang baru menggantikan Deandles. Pada masa ini, hubungan antara pemerintah kolonial dipulihkan, termasuk hubungan antara pemerintah Kolonial dengan Limbangan.
Atas Persetujuan Rafles, pada tahun 1813, Kabupaten Limbangan dipulihkan kembali, dengan Bupati pertamanya Raden Adipati Adiwijaya (Menjabat dari 1813-1831), pada masa Bupati inilah, Kabupaten Limbangan diubah namanya menjadi Kabupaten Garut.
Ada latar belakang mengapa Kabupaten Limbangan diubah menjadi Kabupaten Garut. Latar Belakang tersebut dimulai ketika pada16 Pebruari 1813, Raffles mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Namun kala itu, karena sudah tidak terurus semenjak masa Dendles, Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerahnya sudah berantkan dan bertambah sempit.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Limbangan, Raden Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten yang abaru. Pada awalnya, panitia menemukan Cimurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (Saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun), akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota.
Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, letaknya sekitar 5 Km dari Suci, dan ditempat itu, panitia mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak.
Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau "ngabaladah" tempat tersebut.
Begitu melihat tangan salah seorang panitia berdarah, orang Eropa itu kemudian langsung bertanya : "Mengapa berdarah?" Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut".
Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan "Ki Garut" dan telaganya dinamai "Ci Garut". (Lokasi telaga ini sekarang ditempati oleh bangunan SLTPI, SLTPII, dan SLTP IV Garut). Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut. Penggunaan nama Garut akhirnya direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya, sehingga pada nantinya Garut dijadikan nama Ibu Kota dan Kabupaten baru menggantikan Limbangan.
Selanjutnya pada tanggal 15 September 1813 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibukota, seperti tempat tinggal, pendopo, kantor asisten residen, mesjid, dan alun-alun. Di depan pendopo, antara alun-alun dengan pendopo terdapat "Babancong" tempat Bupati beserta pejabat pemerintahan lainnya menyampaikan pidato di depan publik.
Setelah tempat-tempat tadi selesai dibangun, Ibu Kota Kabupaten Limbangan pindah dari Suci ke Garut sekitar Tahun 1821. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal No: 60 tertanggal 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut dan beribu kota di Garut, penetapan tersebut terjadi pada tanggal 1 Juli 1913.
Oooooh bgt toh sejarahna.Haturnuhun bung fei
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapus