Majapahit Membebaskan Rakyat Pasai dari Raja yang Dzalim
Kisah pembebasan Majapahit terhadap rakyat Pasai yang disebabkan dari kedzaliman Raja Samudra Pasai disinggung dalam naskah Hikayat Raja-Raja Pasai, mulanya Majapahit menawarkan persahabatan terhadap Pasai akan tetapi sebagai akibat dari Kedzaliman Raja Pasai persahabatan itu menjadi musnah sehingga Majapahit dengan terpaksa melakukan pembebasan Negeri Pasai dari Raja yang Dzalim.
Dikisahkan bahwa demi untuk membangun hubungan pertalian darah dengan kerajaan Samudra Pasai, Majapahit yang kala itu diperintah oleh Hayam Wuruk mengirimkan Puteri Majapahit yang bernama Raden Galuh Gemerencang, untuk dinikahkan dengan Pangeran pasai yang bernama Tun Abdul Jalil, tapi bukannya senang, Sultan Malik Azahir justru cemburu, ia terpikat akan kecantikan Puteri Jawa itu, ia pun membunuh anaknya sendiri untuk kemudian berharap sang puteri dapat dinikahinya, akan tetapi rupnya Puteri itu memilih bunuh diri, ia menengelamkan diri kedasar laut, tepat dimana calon sumainya dibunuh dengan cara ditenggelamkan. Peristiwa inilah yang kemudian membuat murka Majapahit, hingga kemudian menyerang Samudra Pasai.
Masih menurut naskah hikayat raja-raja Pasai Sultan Ahmad Malik Az-Zahir (bertahta sejak 1349) sebagai raja yang berakhlak buruk, ia memiliki 4 orang anak, 2 perempuan dan 2 laki-laki. Kedua anak perempuannya bernama Tun Medan Peria dan Tun Takiah Dara, sementara kedua anak laki-lakinya bernama Tun Beraim Bapa dan Tun Abdul Jalil.
Sultan Ahmad Malik Az-Zahir birahi terhadap kedua anak perempuannya sendiri, sehingga ia mencoba beberapa kali memperokosa kedua anaknya, kelakuan tak terpuji orang tuanya itu, kemudian dilaporkan kepada kakanya yaitu Tun Beraim Bapa yang memang waktu itu sebagai putra Mahkota.
Tun Beraim Bapa kemudian menasehati ayahnya, namun, bukannya sadar, Sultan malah kemudian membunuh putera mahkota, ia diracun. Selepas kemangkatan Tun Beraim Bapa, kedua puteri Sultan sangat ketakutan, merekapun memilih bunuh diri.
Selepas terjadinya peristiwa itu Tun Abdul Jalil, anak satu-satunya Sultan yang masih hidup diangkat menjadi putera mahkota. Dalam masa itu, Majapahit berniat membina hubungan kekeluargaan dengan Pasai, mereka berencana mengawinkan Tun Abdul Jalil dengan Raden Galuh Gemerencang. Namun, bukannya bersukur, Sultan Ahmad Malik Az-Zahir justru membangkitkan konflik dengan Majapahit. Kecantikan Raden Galuh Gemerencang yang tidak lain adalah calon menantunya ternyata membuat Sultan dzalim itu jatuh cinta.
Tak rela Raden Galuh Gemerencang diperistri putranya sendiri, Sultan Ahmad Malik Az-Zahir pun menyiapkan siasat keji untuk Tun Abdul Jalil, sama seperti yang pernah dilakukan terhadap anak sulungya, Tun Beraim Bapa. Nyawa pangeran kedua pun dihabisi dan mayatnya ditenggelamkan ke laut.
Sementara itu, rombongan Raden Galuh Gemerencang akhirnya tiba di Samudera Pasai. Sang putri terkejut mendengar kabar dari orang-orang kepercayaannya, jika Tun Abdul Jalil dibunuh atas perintah Sultan Ahmad Malik Az-Zahir.
Raden Galuh Gemerencang yang jiwanya terguncang lalu menenggelamkan diri ke laut di mana jenazah Tun Abdul Jalil dibenamkan sebelumnya. Rombongan pengawal yang mengiringi sang putri segera kembali ke Jawa untuk melapor kepada Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada tentang kedzaliman Raja Pasai terhadap rakyat dan bahkan anak-anaknya sendiri.
Mendengar kabar yang menyesakan dada itu Prabu Hayam Wuruk murka, ia memerintahkan Gajah Mada untuk melakukan pembebasan Negeri Pasai dan menggulingkan Rajanya serta merajakaan Raja baru yang adil dan bijaksana.
Tidak lama selepas diprintah Rajanya, Gajah Mada menerjunkan Armada lautnya ke Samudra Pasai untuk membebaskan Rakyat Pasai dari cengkraman Raja yang dzalim sekaligus merajakaan Raja baru yang adil dan bijaksana.
Slamet Muljana (2005:140) dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara menuliskan dengan cukup rinci serangan dan siasat Gajah Mada ke Samudera Pasai ini. Singkat cerita, pertempuran pun tak terhindarkan. Majapahit ternyata lebih unggul dari tuan rumah.
Dalam situasi yang semakin gawat karena pasukan Majapahit kian merangsek ke pusat istana, Sultan Ahmad Malik Az-Zahir terpaksa menyelamatkan diri. Ia melarikan diri ke suatu tempat bernama Menduga yang berlokasi kira-kira 15 hari perjalanan dari ibukota Samudera Pasai (Jones, 1999: 57-65).
Samudra Pasai dapat ditaklukan, setelah penaklukan itu, Majapahit kemudian mengangkat penguasa baru di Pasai, Majapahit mengangkat Ratu Nuriansyah sebagai pelanjut tahta Kerajaan Pasai dibawah perlindungan Majapahit.Negeri Pasaipun akhirnya normal kembali karena diprintah oleh Penguasa yang bijaksana.
Selepas menaklukan Pasai, sebagian rombongan Majapahit membawa harta yang berlimpah ke Jawa, mereka juga memeprsilahkan para Ulama, Cendikiwan ataupun orang-orang terpelajar dan rakyat jelata untuk ikut ke Jawa bagi yang berminat tinggal di Jawa. Tawaran tersebut membuat rakyat senang, karena mereka akan dijanjikan kehidupan yang sejahtera di Jawa. Merekapun berbondong-bondong ikut berlayar ke Jawa dan menetap di Jawa hingga beranak pinak.
Baca Juga: Invasi Majapahit Ke Kerajaan-Kerajaan di Pulau di Pulau Sumatra
Posting Komentar untuk "Majapahit Membebaskan Rakyat Pasai dari Raja yang Dzalim"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.