Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aki Tirem: Asal-Usul, Perjalanan Hidup, dan Warisan

Aki Tirem merupakan salah satu tokoh legendaris dalam sejarah Sunda yang memiliki peran penting dalam pembentukan masyarakat Sunda. Nama Aki Tirem sering dikaitkan dengan pendirian kerajaan di Jawa Barat sebelum era kerajaan Tarumanagara. Meskipun kisah hidupnya kerap diselimuti mitos dan legenda, banyak yang percaya bahwa Aki Tirem memiliki pengaruh besar dalam perkembangan budaya dan peradaban Sunda pada masa awal.

Kehidupan Awal

Tidak banyak sumber tertulis yang mendokumentasikan secara detail kehidupan awal Aki Tirem. Namun, dari cerita rakyat Sunda, Aki Tirem diperkirakan lahir sekitar awal abad ke-4 M. Nama "Tirem" diyakini berasal dari kata dalam bahasa Sunda yang berarti "tiram", hewan laut yang identik dengan kehidupan pesisir. Ini menunjukkan bahwa Aki Tirem mungkin berasal dari masyarakat pesisir atau memiliki hubungan dengan laut.

Banyak yang percaya bahwa Aki Tirem adalah pemimpin spiritual sekaligus tokoh politik di wilayah Jawa Barat pada masanya. Kisah-kisah rakyat menggambarkan Aki Tirem sebagai orang bijaksana yang memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan alam dan memiliki pengetahuan mendalam tentang pengelolaan sumber daya alam.

Pengaruh dan Peran Politik

Aki Tirem disebut-sebut sebagai penguasa lokal yang berkuasa di wilayah pantai utara Jawa Barat, tepatnya di daerah yang sekarang dikenal sebagai Sunda Kalapa (Jakarta). Di wilayah ini, ia mendirikan sebuah kerajaan kecil (Salakanagara) yang kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan dan spiritualitas.

Dalam beberapa versi legenda, Aki Tirem dikaitkan dengan kedatangan Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanagara. Menurut cerita, sebelum berdirinya Kerajaan Tarumanagara, Aki Tirem menyerahkan kekuasaan kepada Raja Purnawarman setelah mengakui kebijaksanaannya. Ini menjadikan Aki Tirem sebagai tokoh transisi penting dalam sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa Barat, dari masa pra-Tarumanagara hingga berdirinya kerajaan besar tersebut.

Ilustrasi Aki Tirem

Sementara dalam pendapat lain, yaitu Pada naskah Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara disebut cikal bakal kerajaan itu berawal dari seseorang bernama Aki Tirem Luhur Mulya, kitab itu menulis, “hana pwa sang panghulu athawa pangamasa mandala pasisir Jawa kulwan / bang kulwan ika prarrucnaran aki tirem athawa sang aki luhunnulya ngaranira waneh.

Jika diterjemahkan kalimat tersebut kurang lebih berarti, “Adapun, panghulu atau penguasa wilayah pesisir barat Jawa Barat sebelah barat, namanya Aki Tirem atau Sang Aki Luhur Mulya nama lainnya.”

Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara juga menyebut kala itu Pulau Jawa ramai didatangi para pengelana, pencari suaka hingga orang-orang yang melarikan diri dari daerah asalnya. Mereka datang bergelombang ke Jawa karena dianggap sebagai wilayah yang makmur.

Di antara para pendatang itu termasuk Devavarman, seorang duta keliling dari Pallawa di India selatan. Konon dalam perjalanannya ia telah menyambangi yang Ujung Mendini, Bumi Sopala, Yawana, Syangka, China, hingga Abasid di Mesopotamia.

Devavarman akhirnya memperistri anak Aki Tirem yang dikenal sebagai Pwahaci Larasati atau Pohaci Larasati. Tak hanya Devavarman, semua anggota kelompoknya juga menikahi wanita-wanita pribumi. Mereka bahkan tak ingin kembali ke negerinya dan ingin menetap menjadi penduduk di situ dan beranak pinak.

Di akhir hidup Aki Tirem, sebelum meninggal berwasiat kepada menantunya Devavarman sekaligus menyerahkan kekuasaannya. Devavrman dinobatkan sebagai Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara, sedangkan isterinya, Pohaci Larasati menjadi permaisuri, dengan nama nobat, Dewi Dwanu Rahayu. Kerajaan itu kemudian diberi nama Salakanagara atau negeri perak.

Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara menyebut kekuasaan Salakanagara ini mencakup Jawa Barat bagian barat dan semua pulau di sekitarnya.  Devavarman digantikan oleh anak lelakinya yang kemudian bergelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra dan memerintah dari tahun 168 sampai 198.

Ia digantikan oleh anaknya yakni Dewawarman III dengan gelar Prabhu Singasagara Bimayasawirya yang berkuasa pada tahun 195-238.

Pada masa pemerintahannya itulah ia mengadakan hubungan dengan maharaja China dan raja raja India, permaisuri Devavarman III berasal dari Jawa Tengah. Berturut-turut kemudian Salakanagara dipimpin oleh Devavarman IV, Devavarman V hingga mencapai masa kejayaan di era Devavarman VIII.

Kerajaan ini meredup pengaruhnya setelah Jayasinghawarman yang merupakan pendiri Tarumanagara sekaligus menantu Dewawarman VIII memindahkan ibukota dari Rajatapura ke Tarumanagara. Semenjak saat itu Salakanagara berubah salah satu bagian dari Tarumanagara.

Wafatnya Aki Tirem

Meskipun tidak ada catatan pasti tentang tanggal wafatnya, Aki Tirem diyakini meninggal pada akhir abad ke-4 atau awal abad ke-5 Masehi. Dalam banyak cerita rakyat, kematiannya disertai dengan berbagai tanda alam, seperti gempa bumi dan perubahan arus laut, yang menunjukkan bahwa alam turut merespons kepergiannya.

Setelah wafatnya, Aki Tirem dihormati sebagai nenek moyang masyarakat Sunda dan menjadi simbol kebijaksanaan serta kekuatan spiritual. Pengaruhnya terus dirasakan melalui keturunan dan para pemimpin Sunda yang mengaku sebagai penerusnya. Nama Aki Tirem juga kerap disebut dalam upacara-upacara adat sebagai penghormatan terhadap leluhur.

Warisan dan Pengaruh Budaya

Aki Tirem meninggalkan warisan besar bagi masyarakat Sunda, terutama dalam hal spiritualitas, politik, dan hubungan dengan alam. Beberapa tradisi dan adat-istiadat Sunda diyakini berakar dari ajaran dan prinsip hidup yang diwariskan oleh Aki Tirem.

Warisan lain yang masih terlihat hingga kini adalah hubungan erat antara masyarakat Sunda dengan alam. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Sunda dikenal sangat menghormati lingkungan dan mempraktikkan kehidupan yang harmonis dengan alam, sebuah prinsip yang diyakini berasal dari ajaran Aki Tirem.

Kesimpulan

Meskipun Aki Tirem lebih dikenal melalui cerita rakyat dan legenda, pengaruhnya dalam sejarah Sunda tidak bisa diabaikan. Sebagai sosok transisi penting dalam sejarah politik dan spiritual di Jawa Barat, Aki Tirem memberikan fondasi bagi berdirinya kerajaan-kerajaan besar seperti Tarumanagara. Hingga saat ini, ia tetap dihormati sebagai salah satu leluhur yang membawa kebijaksanaan dan kedamaian bagi masyarakat Sunda.

Daftar Pustaka

  • Atja, Sejarah Sunda Kuno, Pustaka Jaya, 1971.
  • Ekadjati, Edi S., Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya, Universitas Padjadjaran Press, 1984.
  • Hasan Djafar, Sundakala: Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah Pantun Sunda dan Pantun Bogor, Kepustakaan Populer Gramedia, 2001.
  • Holle, K.F., Tjerita Parahiangan (Ceritera Parahyangan): Teks Sunda Kuno tentang Raja-Raja Pajajaran, Balai Pustaka, 1927.
  • Iskandar, Yoseph, Sejarah Jawa Barat: Yuganing Rajakawasa, Bandung: Pustaka Dinamika, 1997.
  • Noorduyn, J., The Languages of the Indonesian Archipelago, KITLV Press, 1985.
  • Soekmono, R., Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, Penerbit Kanisius, 1973.

Posting Komentar untuk " Aki Tirem: Asal-Usul, Perjalanan Hidup, dan Warisan"