PERASINGAN PANGERAN WALANGSUNGSANG & PANGERAN SURAWISESA
Cirebon pada mulanya bagian dari Pajajaran, yang memerintah Cirebon adalah Pangeran Walangsunsang putra dari Prabu Siliwangi itu sendiri.
Pangeran Walangsungsan juga sebetulnya Putra Mahkota, hanya saja karena ia memeluk Islam dan dalam kata lain melanggar adat Keraton maka haknya sebagai Putra mhakota secara otomatis dicabut dan dialihkan kepada adik tirinya Surawisesa.
Ada upaya dari Pangeran Walangsungsang untuk mengislamkan ayah dan kerajaan ayahnya namun tak brhasil dan selalu mendapat pertentangan hebat dari para Raja Resi Sunda. Karenanya Pangeran Walangsunsang kemudian menyingkir ke Negeri kakeknya Singapura (Sekarang Daerah Gunung Jati Cirebon), kebetulan kakeknya merupakan Seorang Mangkubhumi Kerajaan yang menganut agama Islam.
Dengan dukungan keuangan dari kakeknya inilah kemudian Pangeran Walangsunsang membuka perkampungan baru bersama mertuanya (Ki Gede Alang-Alang) dimana perkampungan tersebut kemudian diberi nama Caruban (Kemudian menjadi Cirebon). Setelah kakeknya wafat, Walangsungsang menjadi pewaris Singapura, namun oleh Pangeran Walangsungsang pusat pemerintahan dialikhan dari Mertasinga ke Caruban.
Otomoatis karena menjadi Penguasa wilayah Caruban & Bekas Kerajaan Singapura yang baru maka Pangeran Walangsungsapun kemudian diangkat menjadi Penguasanya. Pengangkatan dilakukan dengan meriah dan dihadiri oleh utusan ayahya Prabu Siliwangi. Caruban atau Cirebon dibawah Pangeran Walangsungsang berkembang pesat sehingga menjadi Negara Gede (Grage/Kota Besar). Pelabuahan Cirebon masa ini bertambah ramai.
Disisi lain, Pangeran Surawisesa juga menunjukan prestasi yang gemilang, beliau menjadi Penguasa di Sundakalapa (Sekarang Jakarta), dibawah pemerintahannya dan dengan dukungan keuangan melimpah dari Pusat kerajaan Sundakalapa menjadi pelabuhan tersibuk Pajajaran yang berdampak pada hasil pajak yang melimpah.
Meskipun keduanya sukses dalam membangun daerah kekuasaanya masing-masing, Pamor Pangeran Walangsungsang rupanya lebih gemilang, Sang Pangeran jangkuan pengaruhnya luas, terutama selepas menikahi adik dari Sunan Gersik (Maualana Malik Ibrahim). Pangeran Walangsugsang dianggap sebagai Wong Agung dari Caruban yang juga dihormati oleh para Penguasa Demak, Gersik & Giri.
Selama memerintah Cirebon, Pangeran Walangsungsang tidak henti-hentinya mengirimkan para pendakwah Islam ke berbagai daerah kekuasaan Pajajaran, sehingga kelak, setidak-tidaknya ada 16 daerah bawahan Pajajaran yang para penguasanya memeluk Islam. Selain itu gerakan dakwah Cirebon juga menyasar Sundakalapa, dimana pada akhirnya Raden Anggaraksana, Putra Resi Bungsu Penasehat Spiritual Pangeran Surawisesa memeluk Islam karena dakwah yang dilakukan oleh anak angkat Pangeran Walangsunsang (Abdul Jalil). Bermula dari peristiwa inilah, hubungan Pangeran Surawisesa & Pangeran Walangsungsang memburuk.
Marah anaknya masuk Islam, Resi Bungsu membujuk Pangeran Surawisesa selaku Raja Muda agar membatasi dakwah Islam di Pajajaran, maka Blokade orang-orang Islampun kemudian diterapkan diseluruh wilayah Pajajaran.
Pada akhirnya, karena dianggap sudah tidak sejalan lagi dengan Pajajaran, maka Pangeran Walangsungsang memutuskan merdeka dari Pajajaran. Cirebon dijadikannya sebagai Kerajaan Islam yang merdeka, Sang Pangeran mengangkat keponakannya Syarif Hidyatullah sebagai Pengusa sementara ia sendiri berdiri dibelakangya sebagai Wong Agung Caruban.
Dalam memperkuat kedudukannya sebagai Negeri Merdeka, Pangeran Walangsungsang membangun aliansi dengan Gersik, Giri dan Demak. Hingga Tahun 1521, Cirebon dan Pajajaran saling menahan diri. Namun Ketika Pangeran Surawisesa menjadi Raja Pajajaran, perang besar antara Cirebon & Pajajaran akhirnya pecah juga.
Sumber Bacaan :
- Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari
- Naskah Negara Kerthabumi
- Naskah Carita Parahyangan
- Naskah Mertasinga
Oleh : @Sejarah Cirebon
Posting Komentar untuk "PERASINGAN PANGERAN WALANGSUNGSANG & PANGERAN SURAWISESA"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.